Halo Teman-teman salatiga Explore, apakah Kamu bosan berbelanja di toko
modern dan ingin menikmati suasana pasar tempo dulu? Coba yuk mengunjungi Pasar Tegalan yang ada di
Tegalombo, Kelurahan Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
Pasar ini buka setiap dua minggu sekali. pasar ini menawarkan pengalaman
berbeda dalam setiap transaksi. Pengunjung mula-mula harus menukarkan uangnya
ke sebuah booth. Uang tersebut akan diganti dengan kepingan bambu. Satu keping,
dihargai Rp 2000.
Setelah itu, pengunjung bisa berbelanja aneka makanan tradisional dan khas Salatiga. Mulai dari nasi jagung, grontol, lupis, aneka bubur, aneka sayur, tumpang koyor, serta jamu. Pasar tradisional ini jadi area warga yang rindu dengan masa lalu.
Setelah itu, pengunjung bisa berbelanja aneka makanan tradisional dan khas Salatiga. Mulai dari nasi jagung, grontol, lupis, aneka bubur, aneka sayur, tumpang koyor, serta jamu. Pasar tradisional ini jadi area warga yang rindu dengan masa lalu.
Tak sedikit pula yang mengajak keluarga dan anaknya untuk menikmati
aneka makanan sembari menghirup kesegaran udara khas pedesaan.
Sejak di resmikan awal desember tahun lalu jumlah pengunjung terus bertambah. warga yang berjualan dilarang menggunakan kantung plastik dan styrofoam. Makanan yang dibeli dibungkus menggunakan daun pisang atau daun jati. Wali Kota Salatiga, Yuliyanto, yang berkesempatan hadir di Pasar Tegalan mengapresiasi partisipasi warga Tegalombo yang menyediakan lahan untuk berdagang dan parkir. "Konsep wisata yang bagus. Alam mendukung, pemerintah support, dan warga partisipatif, jika terus kreatif dan inovatif, tentu akan semakin berkembang," jelasnya.
Yuliyanto pun mendukung rencana pengembangan Pasar Tegalan. Salah satu alasannya, Tegalombo sudah ditetapkan sebagai sentra durian Kota Salatiga. Seorang pengunjung, Ririn, warga Ngentak, Salatiga, mengatakan berbelanja menggunakan keping bambu adalah pengalaman baru bagi dirinya. "Baru pertama kali ini belanja pakai keping. Tempatnya juga enak dan asri," ujarnya yang datang bersama keluarga.
No comments:
Post a Comment